Keadaan fitri adalah sebuah kondisi yang sangat diidamkan bagi setiap muslim setelah menjalankan ibadah puasa sebulan lamanya pada bulan Ramadhan. Dari tanggal 1 Ramadhan, selain dengan menjalankan ibadah puasa tubuh juga dilatih dan dibiasakan dengan memperbanyak ibadah-ibadah pada bulan Suci ini. Tentu dengan harapan mendapatkan pengampunan Allah Swt. dan dikembalikan pada keadaan fitri.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Jhon Bargh, seorang dosen yang bekerja di Newk York University sebelum pindah ke Yale University pada tahun 2003. Beliau adalah seorang guru besar Psikologi, dikenal dengan sebuah eksperimen yang bernama Bargh Hallway Theory. Karya yang sangat terkenal, dan karyanya itu juga ditulis oleh Malcolm Gladwel dalam buku Blink sehingga menjadi sangat terkenal ke seluruh dunia. Risetnya sangat sederhana yaitu menguji kekuatan kata-kata yang berefek pada tubuh manusia. Dalam riset Bargh, dia bereksperimen terhadap 40 mahasiswa yang telah bersedia melakukan hal yang diperintahkannya untuk mengulang dan berkata-kata pada diri sendiri selama 30 hari. Atau kalau disederhanakan disuruh melakukan self talk, berbicara dengan diri sendiri selama 30 hari. Seluruh mahasiswa dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelomok A dan kelompok B.
Kelompok A adalah kelompok yang selama 30 hari selalu bangun dan aktif setiap saat harus berkata pada diri sendiri hal-hal yang baik, yang positif, dan menyenangkan. Misalnya hidup ini indah, hidup ini enak, cuaca menyenangkan, rezeki lancar, selalu sehat, Allah baik, pemerintah benar, kerja mudah, apapun kata-katanya yang berkonotasi fun, positif diucapkan berulang-ulang dalam hati selama 30 hari selama sadar.
Adapun kelompok B, setiap hari mengatakan hal-hal yang negatif, yang sulit, dan tidak menyenangkan. Misalnya Allah jahat, memang nasib susah, kerjaan sulit, zaman gila, pemerintah korup, bangsa bejat, sialan, brengsek, cari kerja susah, jalan macet, sampah dimana-mana, malas, dan apapun kata-katanya yang berkonotasi negatif. Semua hal yang memberi kesan marah, bete, galau, semua dikatakan berulang-ulang selama 30 hari selama sadar, kecuali tidur.
Dihari ke-30 mereka diperintahkan untuk datang ke kampus antara jam 10.00 s.d jam 13.00 sepanjang hallway atau koridor disiapkan kamera yang banyak karena ada 100 responden dari beragam latar belakang hadir untuk menilai. semua responden melihat via monitor, via kaca cermin, yang semua tidak diketahui oleh peserta dan tidak tahu mana yang dari kelompok A, dan mana yang dari kelompok B, hanya diberi kertas ada foto peserta, beserta nama. Disana ada 2 kolom A dan B, hanya disuruh melihat gerakan mereka dan menulis apa perasaan kita pada saat itu, kira-kira mereka dari kelompok A dicontreng A, kalau dari kelompok B, ya B. sangat sederhana. Selama 3 jam, keseratus responden menilai setiap mahasiswa yang berjalan melalui koridor panjang tersebut setelah selesai kertas di-review, dikumpulkan. setelah itu disorotkan ke layar LCD Projektor. Apa yang terjadi, seluruh responden yang berjumlah 100 orang, tepat menebak 40 peserta tersebut, mana yang dari kelompok A dan kelompok B dengan ketepatan 95% yang membuat semua responden kaget. Namun setelah dikaji, ekspresi atau aura atau citra diri mereka demikian jelas terbaca. Kekumuhan pancaran wajah peserta demikian jelas tergambar pada peserta yang pada saat itu menggunakan three pieces suit yang rapi, jas 3 lapis sangat perlente. Kesuraman terpancar, walau dia pakaian rapi dan dia dari kelompok B. Di sisi lain, pancaran Gloomy atau berkilau wajahnya, berbinar dari salah seorang peserta walau dia hanya menggunakan jeans dan kaos oblong. Demikian jelas terlihat sehingga mudah menkonfirmasi bahwa dia dari kelompok A. melihat ketepatan tersebut, banyak responden bertanya apa yang terjadi? John menjelaskan dengan sederhana, katanya demikian, manusia itu memiliki 1 Triliun sel setiap hari mati kira-kira 30 milyar sel. Sehingga di hari ke-30 manusia itu berbeda dengan sel 30 hari yang lalu.
Dalam 30 hari, sel yang mati tersebut diganti atau tumbuh sel baru. Pada saat sel baru itu bertumbuh, sel tersebut netral sifatnya. Manusia bisa menulis apapun di sel ini dengan pikiran dan kata-kata, maka dalam 30 hari jika mengatakan hal-hal negatif berulang-ulang tanpa jeda membuat tubuh manusia, sel baru bereaksi sesuai apa database yang dituliskan sehingga orang tersebut kumuh, butek, suram, tidak menyenangkan dan lain sebagainya. Di sisi lain kalau selama 30 hari ditulis database positif, hasilnya positif. Wajahnya berbinar, kulitnya terang, ceria, auranya menyenangkan, dan kita ingin dekat dengan orang tersebut. Demikian john menjelaskan dengan versi simpelnya.
Dalam kajian di atas, sahabat Qurbanasyik dapat dipahami bahwa riset tersebut memberi pembelajaran yang berguna dan inilah inti dari ajaran agama, seperti berdzikir, mengingat Allah, bahkan di bulan Suci Ramadhan kalau benar-benar 30 hari melakukan subconcius reprogramming seperti ini semua orang bisa menjadi fitri, menjadi manusia baru setelahnya. Dan setiap agama punya pelajaran tentang hal ini, namun di Islam lebih jelas lagi, namun terkadang manusia dengan egonya ingin terlebih dulu logis sebelum mengerjakan sebuah perintah Allah, harus paham dulu sciencenya sampai John Bargh mengurai dari sisi ilmu pengetahuan seperti ini. Padahal percaya saja dengan ajaran nabi dan kekasih Allah tersebut, selesai semua masalah negatif di dunia ini. (Sunandar)